Kampung Halaman

Assalamualaikum,

Saat ini aku bersama skripsi aku duduk berdua bersanding bersama..

Kalau ditanya kampung halaman, jujur aku sih ngga tau kampungku dimana sebenarnya

Lahir di Jakarta, besar di Bali (18 Tahun) kalau pulang lebaran ke Jakarta, orang tua (both of them) orang Padang, dan sekarang aku tinggal di Jakarta dan kalau pulang lebaran ke Bali (karena orang tua di Bali). Jadi aku ini orang apa? Belum lagi mataku sipit. Sering dipanggil cece atau ci sama orang. Bahkan aku pernah dimarahin sama pengamen angkot M18 gara-gara aku nggak ngasi dia uang. Tapi aku aja yang dimarahin :). Iya aku aja, padahal banyak orang di angkot itu:)

Pengamen: "Eh duit!" *sambil colek-colek tanganku*
Aku          : *diem aja* *takut+bingung*
Pengamen: "Eh belagu ya diajak ngomong diem aja! DENGER GAK LO!? DASAR CINAK LO! ANJING LO!", *dia marah sambil nunjuk muka aku* "makanya jadi orang tuh muslim!! Anjing kan lo! Makan babi sih lo! Bunuh aja orang kaya lo di sini! Bangs** N*****! Babi lo anjing!!
Aku          : *tetap diem, tapi tangan gemeteran*

Ketika pengamen itu keluar, seisi angkot heboh. Kebanyakan mereka (terutama ibu-ibu) meminta aku untuk lebih berhati-hati ketika menghadapi makhluk seperti pengamen itu dan beberapa penumpang lainnya merasa kasihan padaku. Beberapa meter kemudian aku turun dan kepalaku kejedut atap angkot keras banget:) Mungkin karena kakiku gemetaran akibat ketakutan, jadi aku nggak bisa memfungsikannya secara benar. Yaampun sial banget hidupku hari itu.

Itu sebenernya kejadian traumatis aku ketika semester I kuliah di Universitas Indonesia. Jujur aku takut banget, sesampainya di rumah aku nangis sendirian. Sorenya aku kuatkan diri untuk cerita ke mamaku dan tanteku. Aku butuh kekuatan untuk ngomong, karena aku ketakutan jadi ketika bicara mulutku begetar dan meneteskan air mata. Tapi mereka (mamaku dan tanteku) malah ketawa ngakak dengar ceritaku kaya lagi nonton stand up comedy:) thanks moms.

Sebenernya aku mau cerita hal yang lain. Tapi malah nyasar kekejadian traumatis itu. Ya sudah lah kapan-kapan aja.

Btw, maaf ya kalau cerita hari ini kata-katanya kasar. Bukan aku yang kasar, tapi pengamennya. Maafin pengamennya ya, semoga dia udah toubat dan lebih menghargai makhluk sipit seperti aku. Amin
Wassalam
Ps: ah... gara-gara pengamen monyet itu ceritaku jadi gak jelas

Komentar

Postingan populer dari blog ini

"Tidak Seremeh Itu Tante"

Pake Arak